Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Kegiatan pembangunan bangunan komersil berpotensi untuk menimbulkan dampak, dampak tersebut dapat dikelola dan dipantau, seperti diuraikan di bawah ini.
Terdapat beberapa rencana pendekatan yang perlu dilakukan untuk mengelola seluruh potensi dampak lingkungan bangunan komersial. Sebagian pendekatan diharapkan dapat mengeliminasi beberapa potensi dampak, sebagiannya lagi hanya bersifat mengurangi dan mengendalikan potensi dampak yang lain.
1. POTENSI DAMPAK TERKAIT LOKASI
Pada tahap Prakonstruksi, sumber kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak, berkaitan dengan lokasi adalah perubahan pemanfaatan lahan dan ruang, keberadaan objek khusus, pembebasan lahan, penerimaan masyarakat, hubungan antarpenduduk, dan hak dan kepemilikan masyarakat.
Lahan yang digunakan untuk bangunan komersial biasanya memilih lokasi yang strategis. Perkantoran dan mal biasanya dekat dengan pusat keramaian. Dampak yang timbul dari pembebasan lahan sudah pasti akan merubah peruntukan lahan yang sudah ada. Komponen lingkungan terkena dampak karena perubahan peruntukan lahan adalah pemanfaatan lahan dan ruang. Pembangunan akan merubah pemanfaatan lahan dan ruang atau akan mengancam keberadaan objek khusus seperti pasar tradisional, atau mungkin lokasi yang memiliki nilai sejarah, seperti gedung atau bangunan bersejarah.
Dalam pembebasan lahan, hambatan datang dari pemilik lahan yang tidak rela melepaskan lahannya. Pemilik lahan merasa harga jual-beli tanah tidak sesuai dengan keinginan mereka. Jika tidak tertangani dengan baik, hambatan ini dapat mengganggu tingkat penerimaan masyarakat terhadap rencana pembangunan gedung. Muara hambatan dapat berwujud pada menguatnya tingkat penolakan masyarakat terhadap rencana tersebut. Urusan perolehan lahan tak jarang menimbulkan sengketa di antara penduduk. Masyarakat yang menolak menjual lahan akan berseberangan posisi dengan masyarakat lain yang mau menjual lahannya. Hal ini tentu dapat merusak hubungan antar-penduduk. Persengketaan antar-penduduk dapat juga terjadi akibat status kepemilikan tanah yang tidak jelas. Lahan yang sama diakui oleh dua pihak atau lebih.
Transaksi jual-beli lahan akan mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat. Sebagai konsekuensi, hak dan kepemilikan masyarakat ter-hadap lahan tersebut akan hilang. Jika kebetulan lahan itu merupakan bagian dari sumber mata pencaharian seperti pasar tradisional, maka perubahan hak dan kepemilikan lahan akan bisa berdampak langsung pada pola mata pencarian mereka sebelumnya.
Berkaitan dengan uraian di atas menunjukkan bahwa bangunan komersial mempunyai potensi dampak negatif terhadap:
• pemanfaatan lahan dan ruang,
• keberadaan objek khusus,
• pola mata pencarian,
• hubungan antarpenduduk, dan
• hak dan kepemilikan masyarakat.
Di sisi lain, potensi dampak positif akan terasa pada meningkatnya pendapatan masyarakat, dan biasanya masyarakat akan memiliki uang kontan, dari hasil pembebasan lahan yang dapat digunakan untuk menaikkan skala usahanya.
Karakteristik Potensi Dampak
Dampak perubahan pemanfaatan lahan dan ruang, akan berlangsung terus selama lahan digunakan sebagai lokasi bangunan komersial. Keberadaan obyek khusus akan hilang dan tidak bisa kembali. Jika pembangunan gedung komersial ternyata menempati kawasan yang memiliki fungsi ekosistem penting, misalnya merupakan daerah sumber air atau kawasan tangkapan air untuk suatu daerah yang luas, pengaruh dampak bisa sangat besar dan luas. Dampak bisa muncul terus menerus saat musim hujan atau musim kemarau.
Potensi dampak yang terkait dengan pembebasan lahan mulai bermunculan di saat pemrakarsa akan menentukan lokasi pembangunan gedung. Pada saat pembebasan lahan dilakukan, potensi dampak akan memuncak. Potensi dampak negatif dapat tersebar ke seluruh wilayah yang direncanakan menjadi lokasi gedung.
2. POTENSI DAMPAK TERKAIT KESEMPATAN KERJA DAN BERUSAHA
Pembangunan gedung komersial biasanya melibatkan banyak tenaga kerja sehingga berpeluang untuk melakukan rekrutmen tenaga kerja, sehingga akan menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Jumlah tenaga kerja berfluktuasi sesuai dengan tahapan kegiatan. Meskipun banyak terjadi kesempatan kerja, tetapi kesempatan yang tersedia di lokasi tidak mungkin bisa menampung angkatan kerja yang tersedia. Kondisi ini dapat menimbulkan hubungan antarpenduduk yang kurang baik.
Aktivitas bangunan gedung komersial yang sangat sibuk, dan banyaknya tenaga kerja yang dapat ditampung, akan membutuhkan sarana pemukiman untuk pekerja. Lokasi pemukiman pekerja biasanya terletak di sekitar lokasi bangunan gedung. Kesempatan berinteraksi atau hubungan antarpenduduk pendatang dengan masyarakat asli atau dengan masyarakat lainnya akan terbuka.
Para pekerja biasanya banyak dari pendatang. Akibatnya, secara tidak langsung akan meningkatkan kebutuhan pemukiman baru dan akan mempengaruhi jumlah populasi dan komposisi penduduk sebelumnya. Aktivitas yang tinggi dan populasi penduduk yang meningkat menciptakan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Biasanya akan muncul peluang usaha untuk masyarakat setempat dengan membuka rumah pondokan atau usaha makanan dan warung.
Uraian di atas menunjukkan bahwa peluang kerja dan kesempatan usaha memiliki potensi dampak negatif terhadap :
• Hubungan antarpenduduk, dan
• populasi dan komposisi penduduk.
Di sisi lain, potensi dampak positif akan terasa dengan adanya kesempatan kerja dan peluang usaha yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Karakteristik Potensi Dampak
Dampak perubahan pemanfaatan lahan dan ruang, akan berlangsung terus selama lahan digunakan sebagai lokasi bangunan komersial. Keberadaan obyek khusus akan hilang dan tidak bisa kembali. Jika pembangunan gedung komersial ternyata menempati kawasan yang memiliki fungsi ekosistem penting, misalnya merupakan daerah sumber air atau kawasan tangkapan air untuk suatu daerah yang luas, pengaruh dampak bisa sangat besar dan luas. Dampak bisa muncul terus menerus saat musim hujan atau musim kemarau.
Potensi dampak yang terkait dengan pembebasan lahan mulai bermunculan di saat pemrakarsa akan menentukan lokasi pembangunan gedung. Pada saat pembebasan lahan dilakukan, potensi dampak akan memuncak. Potensi dampak negatif dapat tersebar ke seluruh wilayah yang direncanakan menjadi lokasi gedung.
2. POTENSI DAMPAK KESEMPATAN KERJA DAN BERUSAHA
Pembangunan gedung komersial biasanya melibatkan banyak tenaga kerja sehingga berpeluang untuk melakukan rekrutmen tenaga kerja, sehingga akan menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Jumlah tenaga kerja berfluktuasi sesuai dengan tahapan kegiatan. Meskipun banyak terjadi kesempatan kerja, tetapi kesempatan yang tersedia di lokasi tidak mungkin bisa menampung angkatan kerja yang tersedia. Kondisi ini dapat menimbulkan hubungan antarpenduduk yang kurang baik.
Aktivitas bangunan gedung komersial yang sangat sibuk, dan banyaknya tenaga kerja yang dapat ditampung, akan membutuhkan sarana pemukiman untuk pekerja. Lokasi pemukiman pekerja biasanya terletak di sekitar lokasi bangunan gedung. Kesempatan berinteraksi atau hubungan antarpenduduk pendatang dengan masyarakat asli atau dengan masyarakat lainnya akan terbuka.
Para pekerja biasanya banyak dari pendatang. Akibatnya, secara tidak langsung akan meningkatkan kebutuhan pemukiman baru dan akan mempengaruhi jumlah populasi dan komposisi penduduk sebelumnya. Aktivitas yang tinggi dan populasi penduduk yang meningkat menciptakan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Biasanya akan muncul peluang usaha untuk masyarakat setempat dengan membuka rumah pondokan atau usaha makanan dan warung.
Uraian di atas menunjukkan bahwa peluang kerja dan kesempatan usaha memiliki potensi dampak negatif terhadap :
• Hubungan antarpenduduk, dan
• populasi dan komposisi penduduk.
Di sisi lain, potensi dampak positif akan terasa dengan adanya kesempatan kerja dan peluang usaha yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
KARAKTERISTIK POTENSI DAMPAK
Keseluruhan dampak yang berkaitan dengan kesempatan kerja dan peluang usaha dapat muncul di Tahap Konstruksi sampai Operasi. Kebutuhan tenaga kerja biasanya berkaitan dengan pekerjaan pembangunan. Pada saat gedung mulai beroperasi akan banyak tenaga dibutuhkan untuk paramuniaga, tenaga administrasi, keamanan, parkir, maupun administrasi dan petugas kebersihan (cleaning service).
3. POTENSI DAMPAK TERKAIT LALU LINTAS
Mobilisasi alat dan bahan berpotensi untuk mengganggu tingkat kenyamanan kawasan. Gangguan kenyamanan kawasan khususnya diakibatkan oleh lalu lalangnya kendaraan pengangkut saat konstruksi gedung berjalan. Ketika gedung beroperasi juga terjadi peningkatan arus lalu lintas dari kendaraan karyawan, relasi, penghuni, atau pengunjung. Selain merusak kondisi fisik jalan yang dilaluinya, frekuensi kendaraan yang tinggi akan mengurangi tingkat kelancaran berlalu-lintas dan keselamatan berlalu-lintas.
Uraian di atas menunjukkan bahwa tahap konstruksi sampai operasi gedung memiliki potensi dampak negatif terhadap:
• kenyamanan kawasan,
• kondisi fisik jalan,
• kelancaran berlalu-lintas, dan
• keselamatan berlalu-lintas.
KARAKTERISTIK POTENSI DAMPAK
Dampak negatif berkaitan dengan kenyamanan kawasan dapat berlangsung terus dari mulai Tahap Konstruksi sampai Operasi. Pada Tahap Konstruksi terjadi saat dilakukannya mobilisasi alat dan bahan. Pada Tahap Operasi, kenyamanan akan terganggu oleh banyaknya pengunjung yang datang. Pengunjung yang datang akan berjalan sepanjang hari, bahkan meningkat ketika hari libur. Sifat dampak tidak tetap, dan bersifat lokal. Biasanya hanya terjadi pada daerah sekitar gedung.
4. POTENSI DAMPAK TERKAIT PENGGUNAAN AIR
Penggunaan air merupakan prasarana yang harus disediakan di dalam gedung. Dalam kegiatan bangunan gedung komersial, penggunaan air selama kegiatan pra konstruksi, selama konstruksi, bahkan sampai operasional gedung akan cukup banyak. Sumber air yang digunakan bisa dari PDAM, sumur dangkal, sumur dalam, sungai, danau, atau lainnya. Penggunaan air yang cukup banyak dapat mengakibatkan dampak pada kuantitas air permukaan dan bawah permukaan. Selain itu, kegiatan pembangunan dan perubahan topografi lokasi akan mengakibatkan perubahan pada morfologi badan air, dan perubahan morfologi akuifer. Tiang pancang yang ditanam dapat merusak akuifer atau batuan pengikat air di bawah tanah.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan selama konstruksi dan operasional gedung akan banyak membutuhkan air. Jika air yang diambil berasal dari bawah permukaan atau air permukaan, maka kegiatan tersebut dapat mengakibatkan potensi dampak negatif terhadap:
• kuantitas air permukaan,
• kuantitas air bawah permukaan,
• morfologi badan air, dan
• morfologi akuifer.
KARAKTERISTIK POTENSI DAMPAK
Dampak yang mempengaruhi kuantitas air permukaan dan bawah permukaan dapat terjadi pada saat konstruksi dan operasional gedung. Sebaran dampak tidak terbatas di lingkungan proyek, tetapi bisa mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Jika penduduk sekitar kegiatan menggunakan air dari sumber bawah tanah, diperkirakan akan terkena dampak karena akan terjadi penurunan muka air. Dampak bisa berlangsung terus dan bersifat tetap, apalagi jika terjadi kerusakan pada morfologi akuifer yang tidak dapat dipulihkan.
5. POTENSI DAMPAK TERKAIT KUALITAS UDARA
Dalam kegiatan, dari pra kostruksi, konstruksi, hingga operasional gedung akan banyak meng-operasikan kendaraan dan peralatan mesin. Dalam proses tersebut akan dihasilkan limbah berupa asap dari kendaraan, mesin, dan genset yang akan mempengaruhi kualitas udara. Komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak pada kegiatan tersebut adalah kebisingan dan getaran.
Dampak yang juga muncul dan sangat mengganggu kualitas udara biasanya berkaitan dengan penggunaan penerangan yang berlebihan. Di sekitar gedung yang menggunakan tata cahaya kurang baik akan terjadi kebocoran cahaya sehingga berpengaruh pada kenyamanan sekitar. Penduduk yang bermukim di sekitar gedung mungkin mengalami gangguan karena silau dengan cahaya berlebihan yang dihasilkan dari lampu penerangan gedung.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pembangunan gedung komersial memiliki potensi dampak negatif terhadap:
• kualitas udara,
• kebisingan,
• getaran, dan
• cahaya berlebihan.
KARAKTERTERISTIK POTENSI DAMPAK
Dampak yang mempengaruhi kualitas udara, kebisingan, getaran, dan cahaya berlebihan, dapat terjadi pada tahap konstruksi dan operasional gedung. Sebaran dampak terbatas di lingkungan proyek. Dampak pada kualitas udara bisa menyebar luas ke daerah lainnya. Dampak kualitas udara dan kebisingan selama operasional gedung, terutama yang diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan pengunjung. Sifat dampak bisa muncul kembali tergantung dari intensitas kegiatan di lokasi.
6. POTENSI DAMPAK TERKAIT LIMBAH
Dalam pembangunan gedung, pemrakarsa harus melengkapi prasarana berupa instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Aktivitas pekerja yang jumlahnya cukup banyak selama konstruksi, akan banyak menghasilkan limbah padat maupun cair. Limbah berasal dari aktivitas kegiatan manusia sehari-hari. Untuk sementara, selama tahap konstruksi, perlu sarana jamban untuk pekerja, dilengkapi dengan tangki septik yang dapat dikuras secara berkala. Limbah cair harus diolah dalam IPAL sebelum dilepas ke saluran perairan terbuka atau perairan umum agar tidak mempengaruhi kualitas air permukaan. Jika kualitas air limbah yang dilepas ke perairan terbuka masih di atas baku mutu, dikhawatirkan akan mencemari kualitas air di sekitarnya, sehingga akan mempengaruhi populasi dan keragaman flora dan fauna perairan sekitarnya.
Limbah padat sisa kegiatan pekerja sehari-hari, berupa sampah domestik sisa makanan, plastik pembungkus, dan lainnya, akan mengganggu lingkungan sekitar karena menimbulkan bau yang tidak sedap dan mempengaruhi kualitas udara. Limbah padat lainnya adalah sisa bahan bangunan yang jumlahnya juga cukup banyak. Penanganan limbah padat baik dari aktivitas pekerja maupun sisa bahan bangunan selama konstruksi maupun dari kegiatan lainnya harus baik. Penanganan yang kurang baik akan berdampak pada kebersihan dan keapikan kawasan, bahkan ketika musim hujan bisa mempengaruhi kualitas air permukaan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pembangunan gedung komersial memiliki potensi dampak negatif terhadap:
• kualitas air permukaan,
• kualitas udara, dan
• kebersihan dan keapikan kawasan.
KARAKTERTERISTIK POTENSI DAMPAK
Dampak yang diakibatkan oleh timbulan limbah padat dan limbah cair dapat terjadi pada tahap konstruksi dan operasional gedung. Sebaran dampak terbatas di lingku-ngan proyek. Dampak pada kualitas air bisa menyebar luas ke daerah lainnya. Sifat dampak bisa muncul kembali tergantung dari intensitas kegiatan di lokasi.
7. POTENSI DAMAK TERKAIT PENANGANAN BANGUNAN
Tahap pasca-operasi yang paling penting adalah tahap penanganan bangunan yang dapat berupa pembongkaran bangunan atau peralihan fungsi bangunan. Dalam pekerjaan pembongkaran bangunan, akan banyak me-nimbulkan dampak berupa limbah padat, debu, bangkitan lalu lintas karena mobilisasi kendaraan pengangkut, serta kesempatan kerja yang diperlukan untuk kebutuhan te-naga kerja pembongkaran gedung. Sedangkan peralihan fungsi bangunan akan sedikit banyak akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja.
Limbah padat dan debu banyak dihasilkan dari pembongkaran bangunan. Sisa bahan bangunan sebagian bisa didaur-ulang, tetapi sebagian lagi bisa menjadi limbah padat yang harus dibuang. Tumpukan limbah padat yang dihasilkan dari pembongkaran akan berpengaruh pada kebersihan dan keapikan kawasan. Debu yang dihasilkan akan berpengaruh pada kualitas udara. Begitu juga lalu-lalang kendaraan pengangkut, selain akan menimbulkan kemacetan lalu lintas, juga akan menghasilkan asap knalpot yang mempengaruhi kualitas udara sekitar.
Oleh karena pekerjaan pembongkaran sangat banyak, biasanya juga akan membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Tenaga kerja yang dibutuhkan biasanya adalah tenaga kerja non-skill.
KARAKTERTERISTIK POTENSI DAMPAK
Potensi dampak yang terjadi berupa peningkatan bangkitan lalu lintas, kesempatan kerja, penurunan kualias lingkungan dan pemutusan hubungan kerja yang terjadi selama masa peralihan fungsi bangunan. Dampak yang diakibatkan bersifat sementara selama tahapan penanganan bangunan berlangsung.
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia